Minggu, 22 Desember 2013

Sasaran KONSELING



Sasaran Konseling
Pemberian konseling ditujukan baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. Konseling dapat diberikan kepada pasien langsung atau melalui perantara. Perantara yang dimaksud disini adalah keluarga pasien, pedamping pasien, perawat pasein,atau siapa saja yang bertanggung jawab dalam perawatan pasien. Pemberian konselng melalui perantara diberikan jika pasien tidak mampu mengenali obat-obatan dan terapinya, pasien geriadtrik.
a.       Konseling Pasien Rawat Jalan
Pemberian konseling untuk pasien rawat jalan dapatdibeikan pada pasien mengambil obat di Apotek, Puskesmas, dan di sarana kesehatan lainnya. Kegiatan ini bisa dilakukan di Counter pada saat penyerahan obat tetapi lebih efektif bila dilakukan di ruang khusus yang disediakan untuk konseling. Pemilihan tempat konseling tergantung dari kebutuhan dan tingkat karahasiaan/kerumitan akan hal-hal yang dikonselingkan kepada pasien. Konseling pasien rawat jalan diutamakan pada pasien yang :
1.      Menjalani terapi untuk penyakit kronis, dan pengobatan jangka panjang. (diabetes, TBC, epilepsy, HIV/AIDS, dll)
2.      Mendapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengan cara pemakaian yang khusus. Missal : suppositoria, nema, inhaler, injeksi insulin dll
3.      Mendapatkan obat dengan cara penyimpanan yang khusus.misal : insulin dll
4.      Mendapatkan obat-obatan dengan aturan pakai yang rumit, misalnya : pemakaian kortikosteroid dengan tapering down
5.      Golongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah, misalnya : geriatric, pediadtrik
6.      Mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit ( digoxin, phenytoin, dll )
7.      Mendapatkan terapi obat-obatan dengan kombinasi yang banyak ( polifarmasi )
b.      Konseling Pasien Rawat Inap
Konseling pada pasien rawat inap, diberikan pada saat pasien akan melanjutkan terapi dirumah. Pemberian konseling harus lengkap seperti pemberian konseling pada rawat jalan, karena setelah pulang dari rumah sakit pasien harus mengelolah sendiri terapi obat dirumah.
Selain pemberian konseling pada saat akan pulang, konseling pada pasien rawat inap juga diberikan pada kondisi sebagai berikut :
1.      Pasien dengan tingkat kepatuhan dalam minum obat rendah. Kadang-kadang dijumpai pasien yang masih dalam perawatan tidak meminum obat yang disiapkan pada waktu yang sesuai atau bahkan tidak diminum sama sekali.
2.      Adanya perubahan terapi yang berupa penambahan terapi, perubahan regimen terapi, maupun perubahan rute pemberian.




Aspek konseling yang harus disampaikan kepada pasien
1.      Deskripsi dan kakuatan obat
Farmasis harus memberikan informasi kepada pasien mengenai :
·         Bentuk sediaan dan cara pemakaiannya
·         Nama dan zat aktif yang terkandung didalamnay
·         Kekuatan obat (mg/g)
2.      Jadwal dan cara penggunaan
Penekanan dilakukan untuk obat dengan instruksi khusus seperti  “minum obat sebelum makan” , “jangan diminum bersama susu” dan lain sebagainya. Kepatuhan pasien tergantung pada pemahaman dan perilaku social ekonominya.
3.      Mekanisme kerja obat
Farmasis harus mengetahui indiikasi obat, penyakit/gejala yang sedang diobati sehingga Farmasis dapat memilih mekanisme mana yang harus dijelaskan,ini disebabkan karena banyak obat yang multi-indikasi. Penjelasan harus sederhana dan ringkas agar mudah dipahami oleh pasien.
4.      Dampak  gaya hidup
Banyak regimen obat yang memaksa pasien untuk mengubah gaya hidup. Farmasis harus dapat menanamkan kepercayaaan pada pasien mengenai manfaat perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
5.      Penyimpanan
Pasien harus diberitahukan tentang cara penyimpanan obat terutama obat-obat yang harus disimpan pada temperature kamar, adanya cahaya dan lain sebagainya. Tempat penyimpanan sebaiknya jauh dari jangkauan anak-anak.
6.      Efek potensial yang tidak diinginkan
Farmasis sebaiknya menjelaskan mekanisme atau alas an terjadinya toksisitasnya sederhana. Penekanan penjelasan dilakuakn terutama untuk obat  yang menyebabkan perubahan warna urin, yang menyebabkan kekeringan pada mukosa mulut, dan lain sebagainya. Pasien juga diberitahukan tentang tanda dan gejala keracunan.





Infrastruktur Konseling
A.    Sumber Daya Manusia
Kegiatan konseling obat dilakukan oleh tenaga profesi dalam hal ini, Farmasis yang mempunyai kompentensi dalam pemberian konseling obat. Farmasis yang melaksanakan kegiatan konseling harus memahami baik aspek farmakoterapi obat maupun teknik berkomunikasi dengan pasien. Dalam mewujdkan pelayanan koseling yang baik maka kemampuan komunikasi harus ditingkatkan. Ini penting agar terjalin komunikasi yang efektif dan inttensif antara Farmasis dengan pasien. Strategi komunikasi yang dapat dipakai oleh Farmasis dalam melaksanakan konseling adalah sbb:
1.      Membantu dengan cara bersahabat :
Pasien yang pasif akan mempersulit apoteker untuk membuat kesepakatan dan memberikan bantuan pengobatan. Sangat pentingn bagi apoteker untuk menciptakan suasana yang bersahabat dengan pasien, ini akan mempengaruhi suasana hati pasien dan pasien menjadi percaya kepada apoteker. Apoteker dapat memulai konseling dengan menyapa pasien dengan namanya, memperkenalkan diri, memberikan sedikit waktu untuk pembicaraan umum sebelum memulai pembicaraan tentang pengobatan. Selama konseling berlangsung maka apoteker harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh setiap perkataan pasien. Selain itu apoteker juga harus memperhatikan bahasa tubuhnya agar pasien merasa lebih dihargai.
2.      Menunjukkan rasa empati pada pasien
Sangat penting adanya perasaan empati pada pasien selama sesi konseling dilakukan. Ketika apoteker menunjukkan rasa empati maka pasien akan merasa apoteker peduli kepadanya. Penting bagi apoteker untuk tahu tentang kebutuhan pasien, ketertarikan pasien, motivasi, tingkat pendidikan agar dapat disesuaikan dengan informasi yang akan diberikan oleh apoteker. Menunjukkan rasa empati berarti bahwa komunikasi berjalan dengan baik.
3.      Kemampuan nonverbal dalam berkomunikasi
Ada beberapa kemampuan nonverbal yang sangat membantu keberhasilan konseling antara apoteker dan pasien, yaitu :
·         Senyum dan wajah yang bersahabat, apoteker harus menunjukan perasaan yang bahagia saat akan melakukan konseling, karena ekspresi wajah apoteker akan mempengaruhi suasana hati pasien.
·         Kontak mata, kontak mata langsung boleh terjadi 50% sampai 75% selama sesi konseling.
·         Gerakan tubuh, harus dilakukan seefektif mungkin. Jika terlalu berlebihan kadang akan mempengaruhi mood pasien. Sentuhan pada pasien juga kadang dibutuhkan untuk membuatnya merasa tenang.
·         Jarak antara apoteker dan pasien, jarak yang terlalu jauh membuat komunikasi menjadi tidak efektif, begitu juga dengan jarak yang terlalu dekat. Sehinggga posisi dan jarak duduk antara apoteker dan pasien diatur agar pasien merasa nyaman.
·         Intonasi Suara, selama komunikasi berlangsung intonasi suara apoteker harus diperhatikan. Suara yang terlalu pelan atau keras membuat komunikasi menjadi tidak efektif. Begitu juga dengan penekanan-penekanan kalimat yang dilakukan.
·         Penampilan apoteker yang bersih dan rapih membuat pasien merasa lebih nyaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar