BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pengangguran
Pengangguran adalah suatu kondisi di
mana orang tidak dapat bekerja, karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan.
Ada berbagai macam tipe pengangguran, misalnya pengangguran teknologis,
pengangguran friksional dan pengangguran struktural. Tingginya angka
pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak
merata, dan berbagai permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu
faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun yang
menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di
negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk
sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju, pemanfaatan
sumber daya yang dilakukan oleh negara-negara berkembang relatif lebih rendah
daripada yang dilakukan di negara-negara maju karena buruknya efisiensi dan
efektivitas dari penggunaan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber
daya manusia. Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya manusia
adalah karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat pengangguran terselubung
yang terlalu tinggi dan terus melonjak.
Masalah Pengangguran dan Krisis
Sosial Jika masalah pengangguran yang demikian pelik dibiarkan berlarut-larut
maka sangat besar kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. Suatu
krisis sosial ditandai dengan meningkatnya angka kriminalitas, tingginya angka
kenakalan remaja, melonjaknya jumlah anak jalanan atau preman, dan besarnya
kemungkinan untuk terjadi berbagai kekerasan sosial yang senantiasa menghantui
masyarakat kita. Bagi banyak orang, mendapatkan sebuah pekerjaan seperti
mendapatkan harga diri. Kehilangan pekerjaan bisa dianggap
kehilangan harga diri. Walaupun bukan pilihan semua orang, di zaman serba susah
begini pengangguran dapat dianggap sebagai nasib. Seseorang bisa saja diputus
hubungan kerja karena perusahaannya bangkrut. Padahal di masyarakat, jutaan
penganggur juga antri menanti tenaganya dimanfaatkan. Besarnya jumlah
pengangguran di Indonesia lambat-laun akan menimbulkan banyak masalah sosial
yang nantinya akan menjadi suatu krisis sosial, karena banyak orang yang
frustasi menghadapi nasibnya. Pengangguran yang terjadi tidak saja menimpa para
pencari kerja yang baru lulus sekolah, melainkan juga menimpa orangtua yang
kehilangan pekerjaan karena kantor dan pabriknya tutup. Indikator masalah
sosial bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak yang mulai turun ke jalan.
Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas.
Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun
pembinaan yang baik. Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka
pengangguran di negara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan
ke sektor formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal,
mereka kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di
sektor informal. Justru orang-orang yang kurang berpendidikan bisa melakukan
inovasi menciptakan kerja, entah sebagai joki yang menumpang di mobil atau joki
payung kalau hujan. Juga para pedagang kaki lima dan tukang becak, bahkan orang
demo saja dibayar. Yang menjadi kekhawatiran adalah jika banyak para penganggur
yang mencari jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal. Banyak dari
mereka yang menjadi pencopet, penjaja seks, pencuri, preman, penjual narkoba,
dan sebagainya.
B.
Faktor umum yang mempengaruhi
pengangguran
faktor
penyebab pengangguran di Indonesia berbagai macam bentuknya , masing-masing
mempunyai faktor tersendiri. Tapi jika dilihat dari keseluruhan faktornya maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sedikitnya lahan
pekerjaan yang disediakan
2. Kurangnya
skil atau keahlian pribadi yang dimiliki sehingga susah untuk terjun langsung
kelapangan pekerjaan
3. Susah
menerapkan kecerdasan yang dimilikinya dalam dunia pekerjaan
4. Kurangnya
informasi yang didapat
5. Malas
dalam mencari lowongan pekerjaan
6. Minimnya
pendidikan yang dimiliki
7. Tidak
memenuhi criteria perusahaan tertentu
8. Kepadatan
penduduk
C.
Peran orang tua
Menurut teori tabularasa
(www.anneahira.com/peran-orang-tua-dalam-mendidik-anak.htm), seorang anak
dilahirkan dalam kondisi putih bersih laksana kertas. Melalui interaksi dengan
lingkungnnya seorang anak akan belajar hidup, baik interaksi melalui mata
terhadap setiap peristiwa yang dilihatnya, melalui telinga berdasarkan
suara yang didengar, juga melalui panca indra lainnya. Seseorang akan beraksi
dan merespon, orangtualah yang akan menentukan coretan/lukisan hidup seorang
anak.
Peran orangtua dalam mendidik anak
sangat terlihat jelas pada keluarga, keluarga merupakan madrasah pertama bagi
anak, keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar mengenal
kehidupannya. Peran orangtua dalam mendidik anak tidak hanya terbatas dalam
memberikan makan, minum, membelikan pakaian baru, dan tempat berteduh yang
nyaman. Beberapa hal tersebut bukan berarti tidak perlu, sangat perlu namun,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak
Anak keluar dari lingkungan
keluarga, mereka mengenal lebih banyak saudara dalam lingkungan keluarganya. Ia
ingin mengetahui segala sesuatu di sekitarnya sehingga bertambah pengalamannya.
Semua pengalaman baru itu akan membantu dan memengaruhi proses perkembangannya
Segala hal yang orangtua lakukan
untuk mengembangkan, mendukung, serta membina perilaku anak berpengaruh pada
dirinya sekarang. Tingkah laku anak akan berbaur dengan tingkah laku orangtua.
Contohnya, jika orangtua adalah orang yang tempramental dan mudah marah, anak
akan berhati-hati jika ingin menanyakan sesuatu terhadap orangtua. Dengan kata
lain, perkembangan anak adalah hasil siklus interaksi yang terus-menerus antara
kepribadian dasarnya dengan lingkungan sekitarnya. Setiap unsur tersebut saling
mempengaruhi dan mengubah satu sama lain. Beberapa peran orangtua dalam
mendidik anak yang perlu diperhatikan adalah :
1. Menanamkan pandangan hidup beragama
- Tanggungjawab orangtua terhadap pendidikan anak
D.
Kesalahan orang tua dalam mendidik
anak yang berdampak pada masa depan anak tersebut
Harapan orangtua tentunya dapat
mendidik anaknya dengan baik dan benar. Harapan itu tidak selamanya berjalan
dengan baik, ada kalanya dan tidak sedikit orangtua yang melakukan kesalahan
dalam mendidik anaknya yang berdampak pada masa depan anak tersebut, berapa
kesalahan dalam mendidik anak misalnya :
1. Tidak saling percaya antara
orangtua dan anak
Banyak orangtua dan anak menderita
penyakit saling tidak percaya. Orangtua tidak percaya kepada anaknya karena dia
selalu beranggapan bahwa anaknya masih kecil. Sikap orangtua seperti itu akan
menimbulkan jauhnya hubungan dan menambahkan pertentangan diantara keduanya.
Anak tidak mempercayai orangtuanya karena janjinya yang tak kunjung ditepati
dan ancamannya yang tidak pernah dilaksanakan. Akhirnya di antara keduanya
tidak ada saling keterbukaan. Anak akan melakukan kepatuhan semu, dan bapak
lalai dengan amanahnya untuk memperlakukan anaknya dengan baik (Muhammad, 2002,
hal 115).Dampak negatif dari saling tidak percaya antara orangtua dan anak
diantaranya ialah (Muhammad, 2002, hal 117-118):
- Bila anak sudah tidak mau percaya lagi dengan perkataan orangtuanya lantaran tidak ada kejujuran dan biasa mengingkari janji, maka ketika orang tua mengingatkan perilaku jelek anaknya, anak tidak akan mau mendengarnya.
- Bila telah hilang rasa percayanya kepada orangtua, biasanya anak akan mempercayai teman atau gurunya.
- Hilangnya saling percaya antara orangtua dan anak menyebabkan semakin besarnya permasalahan pada diri anak, karena tidak akan pernah lagi mendapatkan perhatian dari siapapun.
Anak akan penuh dengan kecemasan dan
tekanan hati yang tidak ada seorangpun bisa menyelesaikannya.
2.
Tidak
percaya diri
Banyak kita dapati para pemuda tidak
mempercayai kemampuan dirinya seakan-akan kehilangan sifat aslinya. Kita bisa
lihat bagaimana mereka tidak meyakini kemampuan dirinya dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap kali memulai suatu pekerjaan mereka selalu menunggu orang
lain memberikan pengarahan: lakukan ini, lakukan itu, dan bila mendapat
kesulitan, mereka tidak mampu mencari penyelesaian (Muhammad, 2002, hal 121).
Hal ini banyak terjadi di kalangan bapak-bapak; padahal ini berpengaruh jelek
terhadap masa depan anak dan pandangannya terhadap kehidupan. Karena anak yang
terdidik rendah pribadi dan tidak percaya diri akan tumbuh jadi penakut, lemah
dan tidak mampu menghadapi beban dan tantangan hidup, bahkan sampai ia menjadi
dewasa.
Adanya ketidak percayaan anak
terhadap kemampuan dirinya tadi disebabkan hal-hal sebagai berikut (Muhammad,
2002, hal 122-124):
a. Terlalu banyak perintah dan larangan
yang diterapkan pada anak-anak, kecil maupun dewasa, bahkan terkadang sampai
dalam urusan yang semestinya dia tidak dilakukan seperti itu.
b. Orangtua yang selalu mencela
pekerjaan.
c. Anak tidak mempunyai keberanian
untuk berbicara dengan teman-temannya dikarenakan takut salah atau takut
menyampaikan hal-hal yang tidak disukai orangtuanya.
3.
Memukul
tidak menyelesaikan masalah
Banyak orang beranggapan bahwa
memukul termasuk cara yang efektif dalam mendidik dan mengingatkan anak, serta
untuk menunjukkan wibawa orangtua. Sebenarnya hal itu adalah anggapan dan
pikiran yang keliru. Bila seorang pendidik belum-belum sudah menggunakan
pukulan maka sesungguhnya dia telah membuang dalam dirinya kesempatan mendidik
dengan arahan dan bimbingan, mengoreksi kebiasaan-kebiasaan salah yang dilakukan
(Muhammad, 2002, hal 131). Seorang anak yang dididik dengan menggunakan
kekerasan akan membawa dampak jelek terhadap didirinya, antara lain (Muhammad,
2002, hal 135):
a. Pukulan akan mewariskan pada diri
anak kebodohan dan kedunguan
b. Anak yang sering dipukul akan merasa
rendah diri dan bloon.
c. Suka membangkang sebagai bentuk
perlawanan terhadap orangtua
4.
Kasih
sayang yang berlebihan
Sebagian ayah dan ibu karena saking
sayangnya kepada anak-anak, mereka tidak mau memperbaiki karakter buruk
anak-anaknya sendiri. Mereka membiarkan kenakalan anak-anaknya tanpa sedikit
pun ditanggapi dengan sikap serius. Orangtua seperti ini tidak ingin memberi
peringatan kepada anak-anak karena takut tersinggung. Semua orangtua harus
mengekspresikan kasih sayang, tetapi jangan sampai tidak mendidiknya.
Orangtua yang baik adalah yang bisa menempatkan kasih sayang dan mendidik anak
pada tempatnya yang tepat. Akibat buruk dari kasih sayang
yang berlebihan antara lain (Muhammad, 2002, hal 144):
a. Lemahnya keyakinan dan
ketawakalannya.
b. Anak menjadi seorang yang penakut,
yang tidak punya keberanian.
c. Membunuh daya kreatifitas dan
memupus kemampuan untuk mengadakan pembaharuan.
d. Anak-anak yang selalu dimanjakan
biasanya akan banyak mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya.
e. Anak-anak yang dibesarkan dalam
asuhan seperti itu akan menjadi anak yang sangat rentan dengan masalah,
kehilangan kepercayaan diri, tidak berani mengambil resiko, tidak mau melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang penting dan selalu mengharapkan uluran tangan orang lain.
f. Anak-anak itu tidak mau lagi
mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya. Orangtuanya
telah memenuhi segala keinginannya, pujian dan segalanya menjadi gambaran semu
dirinya. Si anak jadi kehilangan realitas tentang dirinya. Ia merasa sudah
sempurna.
g. Anak-anak yang selalu dimanjakan
dengan segala kesenangan dan segala keinginannya selalu dipenuhi oleh orangtua
mereka, kelak kalau sudah besar akan tumbuh menjadi manusia yang sombong, suka
memaksakan kehendak. Ia tidak akan pernah membuat ayah-ibunya tenang. Selalu
merengek-rengek agar mereka memenuhi segala keinginannya.
5.
Menyerahkan
tanggung jawab pendidikan anak kepada pembantu atau pengasuh
Kesalahan yang amat serius dan
banyak terjadi di masyarakat kita adalah fenomena kesibukan ibu dari peran
utamanya merawat rumah dan anak-anak dengan hal-hal yang tentunya tak kalah
penting dari pendidikan anak. Misalnya, sibuk dengan karir di luar rumah, atau
sering mengadakan kunjungan, menghadiri pertemuan, atau hanya karena
malas-malasan dan tidak mau menangani langsung urusan anak dan menyerahkan anak
dalam perawatan wanita lain seperti pembantu, atau membawanya ke tempat
pengasuhan. Hal ini berbahaya sekali terhadap kejiwaan anak dan masa depannya,
karena anak berkembang tanpa kasih sayang. Jika anak miskin kasih sayang, ia
pun akan bertindak keras terhadap anggota masyarakatnya, akibatnya masyarakat
hidup dalam kekacauan, keretakan dan kekerasan.
6.
Membiarkan
anak menjadi korban televise
Media massa mempunyai pengaruh yang
besar sekali dalam perilaku dan perbuatan anak, dan media yang paling berbahaya
adalah televisi. Hampir tidak ada rumah yang tidak mempunyai televisi. Padahal
pengaruhnya demikian luas terhadap anak maupun orang dewasa. Banyak orang tua
yang tidak menaruh perhatian bahwa anak mereka kecanduan menonton televisi.
Padahal ini sangat berpengaruh terhadap akhlak, fitrah dan pendidikan mereka.
Mereka dapat mengingat materinya dengan cara yang lebih baik maka akal pikiran
mereka menelan begitu saja nilai-nilai yang rendah itu. Oleh karena itu,
anak-anak harus dilindungi dan diawasi dari perangkat yang dapat merusak ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar