Sabtu, 21 Desember 2013

Pengangguran akibat kesalahan orang tua



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah suatu kondisi di mana orang tidak dapat bekerja, karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan. Ada berbagai macam tipe pengangguran, misalnya pengangguran teknologis, pengangguran friksional dan pengangguran struktural. Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun yang menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju, pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh negara-negara berkembang relatif lebih rendah daripada yang dilakukan di negara-negara maju karena buruknya efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya manusia adalah karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat pengangguran terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak.
Masalah Pengangguran dan Krisis Sosial Jika masalah pengangguran yang demikian pelik dibiarkan berlarut-larut maka sangat besar kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. Suatu krisis sosial ditandai dengan meningkatnya angka kriminalitas, tingginya angka kenakalan remaja, melonjaknya jumlah anak jalanan atau preman, dan besarnya kemungkinan untuk terjadi berbagai kekerasan sosial yang senantiasa menghantui masyarakat kita. Bagi banyak orang, mendapatkan sebuah pekerjaan seperti mendapatkan harga diri. Kehilangan pekerjaan bisa dianggap kehilangan harga diri. Walaupun bukan pilihan semua orang, di zaman serba susah begini pengangguran dapat dianggap sebagai nasib. Seseorang bisa saja diputus hubungan kerja karena perusahaannya bangkrut. Padahal di masyarakat, jutaan penganggur juga antri menanti tenaganya dimanfaatkan. Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia lambat-laun akan menimbulkan banyak masalah sosial yang nantinya akan menjadi suatu krisis sosial, karena banyak orang yang frustasi menghadapi nasibnya. Pengangguran yang terjadi tidak saja menimpa para pencari kerja yang baru lulus sekolah, melainkan juga menimpa orangtua yang kehilangan pekerjaan karena kantor dan pabriknya tutup. Indikator masalah sosial bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik. Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal, mereka kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di sektor informal. Justru orang-orang yang kurang berpendidikan bisa melakukan inovasi menciptakan kerja, entah sebagai joki yang menumpang di mobil atau joki payung kalau hujan. Juga para pedagang kaki lima dan tukang becak, bahkan orang demo saja dibayar. Yang menjadi kekhawatiran adalah jika banyak para penganggur yang mencari jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal. Banyak dari mereka yang menjadi pencopet, penjaja seks, pencuri, preman, penjual narkoba, dan sebagainya.

B.     Faktor umum yang mempengaruhi pengangguran
faktor penyebab pengangguran di Indonesia berbagai macam bentuknya , masing-masing mempunyai faktor tersendiri. Tapi jika dilihat dari keseluruhan faktornya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Sedikitnya lahan pekerjaan yang disediakan
2.      Kurangnya skil atau keahlian pribadi yang dimiliki sehingga susah untuk terjun langsung kelapangan pekerjaan
3.      Susah menerapkan kecerdasan yang dimilikinya dalam dunia pekerjaan
4.      Kurangnya informasi yang didapat
5.      Malas dalam mencari lowongan pekerjaan
6.      Minimnya pendidikan yang dimiliki
7.      Tidak memenuhi criteria perusahaan tertentu
8.      Kepadatan penduduk

C.       Peran orang tua
Menurut teori tabularasa (www.anneahira.com/peran-orang-tua-dalam-mendidik-anak.htm), seorang anak dilahirkan dalam kondisi putih bersih laksana kertas. Melalui interaksi dengan lingkungnnya seorang anak akan belajar hidup, baik interaksi melalui mata terhadap setiap peristiwa  yang dilihatnya, melalui telinga berdasarkan suara yang didengar, juga melalui panca indra lainnya. Seseorang akan beraksi dan merespon, orangtualah yang akan menentukan coretan/lukisan hidup seorang anak.
Peran orangtua dalam mendidik anak sangat terlihat jelas pada keluarga, keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar mengenal kehidupannya. Peran orangtua dalam mendidik anak tidak hanya terbatas dalam memberikan makan, minum, membelikan pakaian baru, dan tempat berteduh yang nyaman. Beberapa hal tersebut bukan berarti tidak perlu, sangat perlu namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak
Anak keluar dari lingkungan keluarga, mereka mengenal lebih banyak saudara dalam lingkungan keluarganya. Ia ingin mengetahui segala sesuatu di sekitarnya sehingga bertambah pengalamannya. Semua pengalaman baru itu akan membantu dan memengaruhi proses perkembangannya
Segala hal yang orangtua lakukan untuk mengembangkan, mendukung, serta membina perilaku anak berpengaruh pada dirinya sekarang. Tingkah laku anak akan berbaur dengan tingkah laku orangtua. Contohnya, jika orangtua adalah orang yang tempramental dan mudah marah, anak akan berhati-hati jika ingin menanyakan sesuatu terhadap orangtua. Dengan kata lain, perkembangan anak adalah hasil siklus interaksi yang terus-menerus antara kepribadian dasarnya dengan lingkungan sekitarnya. Setiap unsur tersebut saling mempengaruhi dan mengubah satu sama lain. Beberapa peran orangtua dalam mendidik anak yang perlu diperhatikan adalah :
1.      Menanamkan pandangan hidup beragama
  1. Tanggungjawab orangtua terhadap pendidikan anak

D.    Kesalahan orang tua dalam mendidik anak yang berdampak pada masa depan anak tersebut
Harapan orangtua tentunya dapat mendidik anaknya dengan baik dan benar. Harapan itu tidak selamanya berjalan dengan baik, ada kalanya dan tidak sedikit orangtua yang melakukan kesalahan dalam mendidik anaknya yang berdampak pada masa depan anak tersebut, berapa kesalahan dalam mendidik anak misalnya :
1.   Tidak saling percaya antara orangtua dan anak
Banyak orangtua dan anak menderita penyakit saling tidak percaya. Orangtua tidak percaya kepada anaknya karena dia selalu beranggapan bahwa anaknya masih kecil. Sikap orangtua seperti itu akan menimbulkan jauhnya hubungan dan menambahkan pertentangan diantara keduanya. Anak tidak mempercayai orangtuanya karena janjinya yang tak kunjung ditepati dan ancamannya yang tidak pernah dilaksanakan. Akhirnya di antara keduanya tidak ada saling keterbukaan. Anak akan melakukan kepatuhan semu, dan bapak lalai dengan amanahnya untuk memperlakukan anaknya dengan baik (Muhammad, 2002, hal 115).Dampak negatif dari saling tidak percaya antara orangtua dan anak diantaranya ialah (Muhammad, 2002, hal 117-118):
  1. Bila anak sudah tidak mau percaya lagi dengan perkataan orangtuanya lantaran tidak ada kejujuran dan biasa mengingkari janji, maka ketika orang tua mengingatkan perilaku jelek anaknya, anak tidak akan mau mendengarnya.
  2. Bila telah hilang rasa percayanya kepada orangtua, biasanya anak akan mempercayai teman atau gurunya.
  3. Hilangnya saling percaya antara orangtua dan anak menyebabkan semakin besarnya permasalahan pada diri anak, karena tidak akan pernah lagi mendapatkan perhatian dari siapapun.
Anak akan penuh dengan kecemasan dan tekanan hati yang tidak ada seorangpun bisa menyelesaikannya.

2.   Tidak percaya diri
Banyak kita dapati para pemuda tidak mempercayai kemampuan dirinya seakan-akan kehilangan sifat aslinya. Kita bisa lihat bagaimana mereka tidak meyakini kemampuan dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kali memulai suatu pekerjaan mereka selalu menunggu orang lain memberikan pengarahan: lakukan ini, lakukan itu, dan bila mendapat kesulitan, mereka tidak mampu mencari penyelesaian (Muhammad, 2002, hal 121). Hal ini banyak terjadi di kalangan bapak-bapak; padahal ini berpengaruh jelek terhadap masa depan anak dan pandangannya terhadap kehidupan. Karena anak yang terdidik rendah pribadi dan tidak percaya diri akan tumbuh jadi penakut, lemah dan tidak mampu menghadapi beban dan tantangan hidup, bahkan sampai ia menjadi dewasa.
Adanya ketidak percayaan anak terhadap kemampuan dirinya tadi disebabkan hal-hal sebagai berikut (Muhammad, 2002, hal 122-124):
a.       Terlalu banyak perintah dan larangan yang diterapkan pada anak-anak, kecil maupun dewasa, bahkan terkadang sampai dalam urusan yang semestinya dia tidak dilakukan seperti itu.
b.      Orangtua yang selalu mencela pekerjaan.
c.       Anak tidak mempunyai keberanian untuk berbicara dengan teman-temannya dikarenakan takut salah atau takut menyampaikan hal-hal yang tidak disukai orangtuanya.

3.   Memukul tidak menyelesaikan masalah
Banyak orang beranggapan bahwa memukul termasuk cara yang efektif dalam mendidik dan mengingatkan anak, serta untuk menunjukkan wibawa orangtua. Sebenarnya hal itu adalah anggapan dan pikiran yang keliru. Bila seorang pendidik belum-belum sudah menggunakan pukulan maka sesungguhnya dia telah membuang dalam dirinya kesempatan mendidik dengan arahan dan bimbingan, mengoreksi kebiasaan-kebiasaan salah yang dilakukan (Muhammad, 2002, hal 131). Seorang anak yang dididik dengan menggunakan kekerasan akan membawa dampak jelek terhadap didirinya, antara lain (Muhammad, 2002, hal 135):
a.       Pukulan akan mewariskan pada diri anak kebodohan dan kedunguan
b.      Anak yang sering dipukul akan merasa rendah diri dan bloon.
c.       Suka membangkang sebagai bentuk perlawanan terhadap orangtua

4.   Kasih sayang yang berlebihan
Sebagian ayah dan ibu karena saking sayangnya kepada anak-anak, mereka tidak mau memperbaiki karakter buruk anak-anaknya sendiri. Mereka membiarkan kenakalan anak-anaknya tanpa sedikit pun ditanggapi dengan sikap serius. Orangtua seperti ini tidak ingin memberi peringatan kepada anak-anak karena takut tersinggung. Semua orangtua harus mengekspresikan kasih sayang, tetapi jangan sampai tidak mendidiknya.  Orangtua yang baik adalah yang bisa menempatkan kasih sayang dan mendidik anak pada tempatnya yang tepat. Akibat buruk dari kasih sayang yang berlebihan antara lain (Muhammad,  2002, hal 144):
a.       Lemahnya keyakinan dan ketawakalannya.
b.      Anak menjadi seorang yang penakut, yang tidak punya keberanian.
c.       Membunuh daya kreatifitas dan memupus kemampuan untuk mengadakan pembaharuan.
d.      Anak-anak yang selalu dimanjakan biasanya akan banyak mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya.
e.       Anak-anak yang dibesarkan dalam asuhan seperti itu akan menjadi anak yang sangat rentan dengan masalah, kehilangan kepercayaan diri, tidak berani mengambil resiko, tidak mau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting dan selalu mengharapkan uluran tangan orang lain.
f.       Anak-anak itu tidak mau lagi mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya. Orangtuanya telah memenuhi segala keinginannya, pujian dan segalanya menjadi gambaran semu dirinya. Si anak jadi kehilangan realitas tentang dirinya. Ia merasa sudah sempurna.
g.      Anak-anak yang selalu dimanjakan dengan segala kesenangan dan segala keinginannya selalu dipenuhi oleh orangtua mereka, kelak kalau sudah besar akan tumbuh menjadi manusia yang sombong, suka memaksakan kehendak. Ia tidak akan pernah membuat ayah-ibunya tenang. Selalu merengek-rengek agar mereka memenuhi segala keinginannya.

5.   Menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak kepada pembantu atau pengasuh
Kesalahan yang amat serius dan banyak terjadi di masyarakat kita adalah fenomena kesibukan ibu dari peran utamanya merawat rumah dan anak-anak dengan hal-hal yang tentunya tak kalah penting dari pendidikan anak. Misalnya, sibuk dengan karir di luar rumah, atau sering mengadakan kunjungan, menghadiri pertemuan, atau hanya karena malas-malasan dan tidak mau menangani langsung urusan anak dan menyerahkan anak dalam perawatan wanita lain seperti pembantu, atau membawanya ke tempat pengasuhan. Hal ini berbahaya sekali terhadap kejiwaan anak dan masa depannya, karena anak berkembang tanpa kasih sayang. Jika anak miskin kasih sayang, ia pun akan bertindak keras terhadap anggota masyarakatnya, akibatnya masyarakat hidup dalam kekacauan, keretakan dan kekerasan.
6.   Membiarkan anak menjadi korban televise
Media massa mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam perilaku dan perbuatan anak, dan media yang paling berbahaya adalah televisi. Hampir tidak ada rumah yang tidak mempunyai televisi. Padahal pengaruhnya demikian luas terhadap anak maupun orang dewasa. Banyak orang tua yang tidak menaruh perhatian bahwa anak mereka kecanduan menonton televisi. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap akhlak, fitrah dan pendidikan mereka. Mereka dapat mengingat materinya dengan cara yang lebih baik maka akal pikiran mereka menelan begitu saja nilai-nilai yang rendah itu. Oleh karena itu, anak-anak harus dilindungi dan diawasi dari perangkat yang dapat merusak ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar