Sabtu, 21 Desember 2013

HORMON SEKS DAN OBAT OBATTAN



Hormon seks dan obat-obatan.

                Ovarium dan testis, selain menghasilkan gamet, juga mensekresi hormon (masing-masing terutama mensekresi estrogen dan androgen). Sekresi estrogen (terutama estradiol) dan androgen (terutama testosteron) membutuhkan gonadotropin (luteinizing hormone, LH, dan follicle stimulating hormone, FSH) yang merupakan hormon yang dilepaskan dari hipofisis anterior (tengah atas). Pelepasan LH dan FSH selanjutnya dikendalikan oleh hipotalamus yang melepaskan pulsasi gonadotrophin-releasing hormone (GnRH).
                Dalam testis, spermatozoa dihasilkan dalam tubulus seminiferus oleh suatu proses yang membutuhkan FSH maupun testosteron. Hormon testosteron disintetis dalam sel interstisial sebagai respons terhadap LH. Testosteron menyebabkan perubahan-perubahan yang terjadi pada pria normal pada saat pubertas. Androgen digunakan terutama untuk terapi penggantian pada pria yang dikebiri atau pada pria yang hipogonad baik akibat penyakit hiofisis maupun penyakit testikular. Testosteron cepat diinaktivasi oleh hati setelah pemberian secara oral, tetapi androgen sintetik (misalnya mesterolon) aktif secara oral. Steroid anabolik mempunyai aktivitas androgenik yang relatif kecil dan digunakan untuk mencoba dan meningkatkan sintesis protein setelah pembedahan besar dan pada penyakit kronis yang menyebabkan debilitasi. Efek samping utama androgen dan yang lebih ringan, steroid anabolik adalah maskulinisasi pada wanita dan anak-anak prapubertas serta supresi FSH dan LH.
                Dalam ovarium, FSH (dan LH) menstimulasi perkembangan folikel dan sintesis estradiol oleh sel-sel granulosa folikel. Pada fase folikular awal, kadar estradiol dalam darah yang rendah memberikan efek umpan balik negatif pada FSH, menjamin bahwa hanya folikel dominan yang matang. Pada pertengahan siklus, kadar estradiol tinggi dan ini mempunyai efek umpan balik positif pada sekresi LH, menyebabkan ‘lonjakan LH’ yang menyebabkan ovulasi. Efek umpan balik estradiol ini terjadi dalam hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Folikel yang pecah berkembang menjadi korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron sampai akhir siklus. Selama fase folikular dalam siklus, estrogen menstimulasi proliferasi endometrium. Pada fase luteal, pelepasan progesteron yang meningkat menstimulasi maturasi dan perkembangankelenjar dalam endometrium, yang kemudian dilepaskan dalam proses menstruasi.
                Estrogen mempunyai banyak efek. Estrogen digunakan untuk terapi penggantian hormon pada hipogonadisme primer dan pada wanita pascamenopause untuk mencegah hot flush, vaginitis atrofik, dan osteoporosis. Estrogen juga digunakan pada sejumlah gangguan menstruasi (misalnya dismonerea spasmodik) dan, dalam kombinasi dengan progesteron, sebagai kontrasepsi. Progestogen digunakan terutama untuk kontrasepsi hormonal. Hormon seks dan antagonisnya digunakan pada terapi kanker tertentu.
                GnRH adalah dekapeptida yang menstimulasi pelepasan FSH dan LH dari kelenjar hipofisis anterior. Infus pulsatil GnRH digunakan untuk mengobati hipogonadisme hipotalamus.
                LH dan FSH merupakan hormon glikoprotein yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Kedua hormon tersebut mengatur fungsi gonad.

INFERTILITAS
Pada wanita anovulatoir, infertilitas bisa diatasi dan menyebabkan ovarium sanggup menghasilkan ovum matang dan steroid yang cukup.
       Klomifen dan tamoksifen merupakan anti ekstrogen. Obat ini bekerja dengan menghambat anhibisi umpan balik ekstrogen dalam hipotalamus sehingga meningkatkan pelepasan FSH dan LH.
       Gonadotropin digunakan pada wanita yang berfungsi hipofisisnya dan cukup atau tidak berespons terhadap terapi klomifen. Tetapi dimulai dengan suntikan menotropin (LH dan FSH dalam jumlah yang sama) setiap hari atau urafolitropin (FSH), diikuti oleh satu atau dua dosis besar chorionik gonadotrophin (terutama LH) untuk menginduksi ovulasi. Kelahiran multipel terjadi pada 20-30% kehamilan setelah terapi. Pada pria dengan hipogonadisme hipogonadotropik kedua gonadotrophin kadang-kadang diberikan untuk menstimulasi spermatogenesis dan pelepasan androgen.
TESTOSTERON
                       Androgen paling penting pada manusia adalah testosteron. Sekitar 2% testosteron dalam plasma  berada dalam bentuk bebas dan di kulit, prostat, fesikula seminalis, dan epididimis testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron. Devisiansi androgen biasanya diterapi dengan suntikan testosteron propionat depot intramuskular.
       Efek. Saat puberitas androgen menyebabkan perkembangan karakteristik seks sekunder pada pria. Pada pria dewasa, dosis besar menekan pelepasan ganodotrophin dan menyebabkan atrofi jaringan interstisial dan tubulus testis. Pada wanita, androgen menyebabkan perubahan, banyak diantaranya sama dengan yang terlihat pada pria puberitas.
ESTROGEN
       Estradiol merupakan estrogen utama yang dilepaskan oleh ovarium manusia. Estrogen sintetik lebih efektif setelah pemberian secara oral.
       Efek samping (lihat kontrasepsi oral). Pemberian ekstrogen yang kontinu dalam jangka panjang dapat menyebabkan hiperplasia endometrium abnormal, pola pendarahan abnormal, dan berhubungan dengan peningkatan insedensi karsinoma endometrium. Bila progestogen diberikan dengan ekstrogen terdapat penurunan insedensi kanker ovarium dan endometrium. Oleh karena itu, wanita yang mendapatkan progestrogen kecuali jika telah dilakukan histerektomi.
PROGESTOGEN
       Progestogen digunakan untuk kontrasepsi hormonal dan untuk menghasilkan subresi ovarium jangka panjang untuk tujuan lain (mone replacement therapy, HRT) pada hipogonadisme primer dan pada wanita pascamenopause untuk mencegah hot flush, vaginitis atrofik, dan osteoporosis. Estrogen juga digunakan pada sejumlah gangguan menstruasi (misalnya dismenorea pasmodik) dan, dalam kombinasi dengan progestogen, sebagai kontrasepsi. Progestogen digunakan terutama untuk kontrasepsi hormonal. Hormon seks dan antagonisnya digunakan pada terapi kanker tertentu. (Misalnya dismenorea, endometriosis, hirsutisme, dan gangguan pendarahan) bila estrogen merupakan kontra indikasi.
KONTRASEPSI ORAL
       Pil kombinasi mengandung ekstrogen, biasanya etinilestradiol dan progestogen pil ini dikonsumsi selama 20-21 hari dan dihentikan selama 6-7 hari berikutnya untuk memungkinkan menstruasi terjadi. Pil progestogen-saja menagndung progestogen dosis rendah (misalnya noretisteron) dan konsumsi secara kontinu.
       Obat penginduksi enzim, misalnya phenobarbital, karbamasephin, phenitoin dan khususnya rifamphisin, bisa menyebabkan kegagalan kontrasepsi.
       Mekanisme kerja. Pil kombinasi bekerja melalui anhibisi umpan balik pada hipotalamus untuk menekan GnRH dan sekresi gonadoterophin plasma, sehingga memblok ovulasi. Obat ini juga menyebabkan endometrium tidak siap untuk menerima implantasi, mengubah motilitas tuba falopi, dan mengubah komposisi mukus serviks. Perubahan mukus serviks juga dihasilkan oleh pil progestogen-saja dan tampaknya merupakan dasar aksi kontrasepsinya, kerena pil ini hanya memblok ovulasi pada sekitar 25% wanita, pada awalnya menstruasi sering kali berhenti dengan pemberian jangka panjang. Akun tetapi, panjang serta durasi perdarahan sangat bervariasi.
       Efek samping, efek samping yang tidak mengancam jiwa yang terjadi dengan pil kombinasi maupun progestogen termasuk perdarahan sela, peningkatan berat badan, perubahan libido, nyeri payudara, sakit kepala dan mual. Pil kombinasi juga bisa menyebabkan hirsutisme, infeksi jamur vagina, dan depresi. Sekitar 20-30% wanita akan mengalami beberapa efek ini dan 10-15% akan berhenti menggunakan pil ini karena alasan tersebut. Keseluruhan insedensi efek samping lebih rendah dengan pil progestogen saja, tetapi perdarahan sela dan menstruaisi tidak teratur merupakan keluhan utama dengan obat-obat ini.
       Efek samping serius jarang terjadi. Efek ini meliputi ikterus kolestatik dan insedensi penyakit tromboemboli yang sedikit lebih banyak, yang tampaknya disebabkan oleh estrogen. Pil kombinasi yang mengandung gestogen dan desogestrel berhubungan dengan insidensi tromboemboli sangat kecil. Riwayat tromboembolisme, merokok, hipertensi, dan diabetes meningkatkan resiko tromboemboli pada kontrasepsi oral.
       Kontrasepsi darurat. Kontrasepsi darurat dapat digunakan sampai dengan 3 hari setelah hubungan seksual tanpa pelindung dengan memberikan satu dosis tinggi levonorgestrel.
       Terminal terapeutik pada kehamilan. Progesteron menunjang nidasi ovum yang difertilisasi di endometrium dan antagonis progesteron, mifepriston, sangat efektif dalam mengakhiri kehamilan tahap awal bila digunakan bersama dengan obat pematang serviks prostaglandin. Efek samping utama adalah nyeri dan perdarahan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar